Sunday, August 4, 2013

Legenda Ksatria Damar wulan dan Menak jinggo


Legenda Ksatria Damar wulan dan Menak jinggo



Damar Wulan adalah pahlawan dalam cerita Jawa yang muncul dalam seputar cerita yang digunakan dalam wayang KRUCIL , serta Langendriya (sendratari perempuan) dan ketoprak. Cerita ini menceritakan pertikaian antara kerajaan Majapahit dan Blambangan , di mana Damar Wulan memperoleh kemenangan. Kisah ini yang sangat populer terutama di Jawa Timur.



Damar Wulan legenda yang dikaitkan dengan kerajaan Majapahit di era Ratu Suhita, yang pada saat itu sedang berperang dengan Blambangan. Namun, 


nama-nama karakter Damar Wulan ("sinar bulan") dan Menak Jingga
("kesatria merah ") menyatakan bahwa mungkin memasukkan unsur-unsur
mitos matahari-bulan yang lebih tua . Sulit dipastikan kapan cerita ini
pertamakali dituturkan dan oleh siapa

Damar Wulan
Damar Wulan lahir berdarah pangeran, keponakan dari perdana menteri, Patih Logender, tetapi dibesarkan di pertapaan kakeknya. Menuruti nasihat kakeknya, ia pergi ke istana Majapahit mencari pekerjaan. Sepupu-sepupunya, Layang Seta dan Layang Kumitir, menganiayanya sesampainya Damar Wulan di sana.

Patih Logender, yang tidak menginginkan Damar Wulan bersaing dengan anak-anaknya sendiri, menetapkan dia sebagai pemotong rumput dan penjaga kuda istana. Meskipun tidak mengenakan pakaian indah, wajahnya masih terlihat sangat tampan. 


 Desas-desus tentang ketampanannya ini akhirnya sampai pada pendengaran Putri Anjasmara, anak Patih Logender. Putri Anjasmara menemui Damar Wulan dengan diam-diam dan mereka jatuh cinta dan mereka berhubungan secara sembunyi-sembunyi. Suatu malam, Layang Seta dan Layang Kumitir mendengar suara dari dalam kamar saudarinya. 

 Mereka mendobrak masuk dan mencoba untuk membunuh Damar Wulan, tapi Damar Wulan mampu mengalahkan mereka. Layang Seta dan Layang Kumitir melarikan diri dan mengadu pada ayah mereka, yang kemudian memerintahkan Damar Wulan untuk dihukum mati. Puteri Anjasmara memohon belas kasihan untuk kekasihnya. Akhirnya Patih Logender memutuskan tidak jadi menghukum mati Damar Wulan, melainkan dia memenjarakan pasangan itu.

Sementara itu, Menak Jingga telah menulis surat kepada Ratu Kencana Wungu untuk meminangnya. Ketika Ratu Kencana Wungu menolak pinangannya, Menak Jingga marah dan menyatakan perang terhadap kerajaan Majapahit. Dia berhasil dalam menyerang daerah sekeliling kerajaan Majapahit, dan akhirnya kerajaan Majapahit merasa terancam oleh pasukan Menak Jingga secara langsung.

Dalam keadaan tertekan, Ratu Kencana Wungu mengumumkan bahwa siapa pun yang membunuh Menak Jingga dan berhasil memenggal kepalanya akan menjadi suaminya. Khawatir bahwa tidak ada penyelamat yang muncul, ia menerima wahyu bahwa seorang ksatria muda bernama Damar Wulan dapat mengalahkan Menak Jingga. Dia memerintahkan Patih Logender membebaskan Damar Wulan dari penjara dan mengirimnya untuk melawan Menak Jingga.


Damar Wulan, disertai oleh para pengikutnya Sabdapalon dan Nayagenggong, berangkat menuju ke Blambangan. Hari sudah malam saat mereka tiba di sana, Damar Wulan menyelinap masuk ke dalam taman dan berhasil menguping percakapan di paviliun antara dua selir Menak Jingga yang bernama Dewi Wahita dan Dewi Puyengan. Setelah cukup menguping, 

 Damar Wulan masuk ke paviliun dan memperkenalkan dirinya. Dewi Wahita dan Dewi Puyengan terpesona melihat ketampanannya dan mereka memutuskan untuk mengabdi kepadanya. Pada saat yang sama, Menak Jingga memutuskan untuk mengunjungi selir-selir tersebut, dan menemukan Damar Wulan sedang ada di sana dengan mereka. 

Tanpa dapat dihindari lagi Menak Jingga dan Damar Wulan berkelahi, tapi Damar Wulan tidak mampu mengalahkan Menak Jingga. Damar Wulan terluka parah dan pingsan seakan sudah mati.

Menak Jingga meninggalkannya dan memerintahkan prajurit-prajuritnya untuk menjaga tubuh Damar Wulan. Namun, prajurit-prajurit jatuh tertidur, dan kedua selir menyeret tubuh Damar Wulan ke tempat tersembunyi, dan berhasil menyadarkannya dari pingsan. Lalu mereka mengungkapkan rahasia kekebalan Menak Jingga kepada Damar Wulan, 

 yaitu senjata sakti gada Wesi Kuning milik Menak Jinggo yang disembunyikan di balik bantalnya. Jika Menak Jingga dipukul di sebelah kiri dahinya dengan gada ini, ia akan mati. Mempertaruhkan hidup mereka demi kekasih mereka, para selir ini berhasil mencuri gada Wesi Kuning saat Menak Jingga sedang tidur.

Keesokan harinya pertempuran kedua antara Menak Jingga dan Damar Wulan terjadi, di mana Damar Wulan berhasil memenggal kepala raja. Berhasil membawa kemenangan, ia kembali ke Majapahit, tapi Layang Seta dan Layang Kumitir menyergapnya di luar istana, membunuhnya dan membawa kepala Menak Jingga ke hadapan Ratu Kencana Wungu.

Namun, seorang pertapa menghidupkan kembali Damar Wulan, dan sang ratu mendengar cerita sesungguhnya. Dalam pertempuran terakhir, Damar Wulan mengalahkan Layang Seta dan Layang Kumitir , lalu dinobatkan menjadi Raja Majapahit. 


Ratu Kencana Wungu mengijinkannya untuk tetap memiliki Puteri Anjasmara, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan sebagai istri-istrinya.

CERITA ALTERNATIF

Dalam kesenian wayang Banyuwangi dan Janger, penggambaran Menak Jinggo berlawanan dengan penggambarannya dalam Serat Damarwulan. Menak Jinggo digambarkan berwajah rupawan, disukai banyak wanita, arif bijaksana, dan pengayom rakyatnya. 

 Menak Jinggo memberontak karena Ratu Kencana Wungu tidak memenuhi janjinya untuk menjadikannya sebagai suami, setelah Menak Jinggo mampu menaklukkan pengacau Kebo Markuet yang mengamuk di Majapahit. Meskipun akhirnya ia dikalahkan Damar Wulan, Menak Jinggo tetaplah dianggap sebagai tokoh yang dihormati


Sanusi Pane, salah seorang sastrawan Pujangga Baru pernah menulis naskah drama Damar Wulan, yang diberinya judul Sandyakala Ning Majapahit (Penerbit Balai Poestaka, Batavia, 1933.). Meskipun demikian, akhir ceritanya sama sekali berbeda dengan Serat Damarwulan yang dijadikan dasar pembuatannya. Dalam versi Sanusi Pane, nasib Damar Wulan berakhir menyedihkan. Damar Wulan dituduh berkhianat dan tidak dinikahkan dengan Ratu Kencana Wungu. Ia pun akhirnya dihukum mati, dan setelahnya Majapahit ditumbangkan oleh pasukan dari Kerajaan Demak Bintara.


Karakter

Ratu Kencana Wungu, ratu Majapahit yang masih gadis

Patih Logender, Perdana Menteri majapahit

layang kumitir dan layang seta, anak-anak Patih Logender

Dewi Anjasmara, putri Patih Logender

Damar Wulan, keponakan Patih Logender , yang dibesarkan oleh kakeknya jauh dari istana

Menak Jingga, Raja Blambangan, tunduk pada Majapahit

Dewi Wahita dan Dewi Puyengan,selir-selir Menak Jingga

Sabdapalon dan Nayagenggong, Pengikut Damar Wulan

Cerita adalah ini rangkuman dari berbagai sumber

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon